Mengungkap Pergeseran Model Bisnis Platform Di Era Industri 4.0

Sahabat FTC,
Saya harap dalam keadaan kuat dan sehat selalu di hari ini.
Sambil menikmati minuman dan cemilan Anda, saya sampaikan sekilas uraian mengenai Model Bisnis Platform Di Era Industri 4.0.

Kemajuan dunia bisnis dan industri pada saat ini berkembang dengan sangat pesat yang ditandai dengan penerapan teknologi digital berbasis internet. Perkembangan ini diawali dengan penggunaan Personal Computer (PC) pada awal tahun 1970-an, dan disusul duapuluh tahun kemudian dengan kemunculan internet pada tahun 1990-an.

Cerita menarik ini dapat disimak dalam buku Digital Wars: Apple, Google, Microsoft dan Pertempuran Meraih Kekuasaan Atas Internet karya Charles Arthur. Persaingan dunia digital berbasis internet dimulai terutama dari sepak terjang Apple, Microsoft, Facebook, dan Google yang tiada henti mengembangkan inovasi-inovasi baru, misalnya menyediakan platform sebagai model bisnis pada milenium baru.

Phil Simon dalam bukunya “The Age of The Platform” mendefinisikan Platform sebagai sebuah ekosistem yang sangat berharga dan berpengaruh yang dapat dengan cepat dan mudah mengukur, mengubah, dan menggabungkan fitur-fitur baru (plank), pengguna, konsumen, vendor, dan rekanan.

Perkembangan yang luar biasa dari media digital berbasis internet seperti Instagram, Face Book, YouTube sampai TikTok, serta model bisnis platform lainnya ternyata berdampak terhadap dunia bisnis dan industri lainnya, misalnya pembukaan rekening bank secara online tanpa perlu antri, perjualan barang atau jasa secara online, e-learning, penerapan otomatisasi dan robot di industri. Era ini yang sekarang dikenal dengan era industri 4.0.

Di era industri 4.0 yang jelas ”On-line” dan ”Komunitas Jaring Sosial” akan sangat memegang peranan penting dalam dunia kerja maupun usaha. Apakah seseorang masih perlu kerja dengan mendatangi kantornya atau cukup di rumah saja?

Tentu hal ini merupakan perubahan yang relatif besar, dimana bekerja selama ada internet dapat dilakukan di luar kantor untuk beberapa pekerjaan tertentu. Jadi diperlukan tenaga kerja dengan tingkat kompetensi yang “multi tasking” untuk mendukung pergeseran tersebut.

Kompetensi “multi tasking” diperlukan karena adanya perubahan situasi bisnis, terutama saat transisi ke bisnis online yang sangat pesat. Sebuah Café tidak hanya membutuhkan bubuk kopi yang nikmat dan Barista handal, namun juga diperlukan pengelola media sosial yang berfungsi sebagai “copy writer” atau “content writer” yang secara periodik memposting foto-foto dan diskon menarik.

Seorang pelanggan di era ini, bukan hanya menikmati secangkir Latte dengan rasa susu dibalut gaharnya pahit kopi, namun juga memerlukan sudut-sudut Instagramable sebagai media memposting foto selfie-nya. Sebuah rasa untuk berbagi kesenangan dan kebanggan ini menjadi sebuah kebutuhan baru yang di tahun-tahun sebelumnya, penikmat kopi hanya fokus dengan seriusnya menikmati pahitnya kopi, cemilan serta berbagi cerita dengan teman dekat atau keluarga.

Sekarang, saat menikmati kopi seorang pelanggan akan sangat senang dengan banyaknya “Like” dan “Comment” yang membanjiri akun media sosialnya baik itu Instagram, Face Book, maupun media lainnya. Bahkan sampai melupakan teman ngopinya, saking sibuk menjawab chating dari netizen terkait fotonya yang baru diposting terkadang sambil senyam senyum sendiri – terpaku dalam dunianya!

Perkembangan ini didukung dengan platform yang berupa aplikasi-aplikasi internet yang mudah diunduh pada handphone dari mulai belanja, pendidikan, pelatihan, keuangan, cari jodoh, sampai ramalan! Dunia seolah menjadi semakin menyempit, hanya digerakan oleh jempol dan jari-jari sambil menikmati secangkir seduhan black coffee panas yang merupakan sumber antioksidan untuk tubuh.

Selain manfaat tersebut (bukan manfaat kopi, Pen), terdapat juga risiko yang terkadang tidak dapat dihindari misalnya adanya praktik pencurian data. Dilansir dari KOMPAS.com di Juli 2021, diberitakan adanya dugaan kebocoran data nasabah BRI Life dan sebelumnya tercatat juga kebocoran data BPJS Kesehatan, serta aplikasi belanja ternama. Hal ini harus dijadikan perhatian serius, dimana suatu kemajuan tidak akan lepas dari dampak negatif yang ditimbulkannya.

Penutup, pekerjaan akan terpusat pada individu di era industri 4.0 ini, dan mungkin yang namanya kantor hanya berupa media “virtual” dunia maya yang dioperasikan dari rumah dengan PC/laptop yang terhubung (On-line) dengan internet. Selanjutnya inilah yang disebut globalisasi digital sebenarnya, di mana kita akan “terhubung” secara invidu dari berbagai tempat terpisah bahkan dari berbagai belahan dunia melalui Platform – The Age of The Platform, Simon, Phil.

Tetap semangat, semoga hari-harinya menyenangkan!

© DA 2021 for Facilitator to Competent
Artikel ini diterbitkan di IG facilitatortocompetent dengan judul yang sama.

Sumber referensi:
Strategi Sukses Uji Sertifikasi Kompetensi Kerja, Alexandra
Digital Wars: Apple, Google, Microsoft dan pertempuran meraih kekuasaan atas internet. Arthur, Charles.
The Age of The Platform, Simon, Phil.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4325010/29-juta-pekerja-kena-phk-akibat-corona-kadin-desak-pemerintah-perluas-blt
https://bisnis.tempo.co/read/1350955/dampak-corona-305-juta-orang-terkena-phk-hingga-juni
https://tekno.kompas.com/read/2021/07/29/10010027/ini-dugaan-sumber-kebocoran-data-2-juta-nasabah-bri-life?page=all.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Linkdin
Share on Pinterest

Leave a comment