Sahabat FTC,
Sertifikat kompetensi hanyalah selembar kertas, sedangkan yang menghadapi langsung dunia kerja adalah individu sebagai pemegang sertifikatnya. Pemegang sertifikat kompetensi akan menghadapi banyak tantangan dan dituntut untuk membuktikan kepantasannya dengan menghadapi masalah-masalah dalam pekerjaan. Saat inilah penerapan kompetensi dieksplorasi sebagai pembuktian bahwa seseorang telah kompeten.
Sebelum lebih jauh mendalami peran kompetensi, berikut disajikan contoh penerapannya pada produksi garment. Garment merupakan industri padat karya yang masih tergantung pada keterampilan operator dalam menjahit, dan sampai saat ini belum ada robot atau mesin yang langsung dapat menjahit dan menghasilkan pakaian.
Seorang manajer di sebuah perusahaan garment yang mempunyai 4 line jahit, misalnya pada suatu waktu mempunyai pencapaian kinerja produksi seperti dapat disimak pada Tabel Pencapaian Kinerja Produksi Garment.
Pada perspektif seorang manager produksi tentunya akan menilai operator C “kompeten” karena dapat memenuhi standar kinerja produksi, yaitu pencapaian target produksi dan mutu kemeja. Lantas mengapa operator A, B, dan D tidak dapat memenuhi standar kinerja produksi?
Jawaban untuk pertanyaan ini sangat bervariasi dan relatif jawabannya, mungkin saja operator A anaknya sedang sakit sehingga semalaman tidak tidur menemani anaknya. Operator B sedang galau menunggu kabar Aa Yana sang kekasih yang sudah 3 hari tidak ada kabar, sementara Operator D sedang berpikir keras mencari tambahan uang untuk segera menebus belanjaannya di Mba Sopee yang kirim notif terus ke handphonenya.
Jawaban-jawaban di atas hanyalah kemungkinan yang bersifat non teknis, namun berdampak terhadap kinerja produksi dan mutu. Sedangkan untuk menjawab dari perspektif kompetensi dapat digunakan pendekatan 5 dimensi kompetensi, yaitu:
• mampu melakukan tugas per tugas (task skills).
• mampu mengelola sejumlah tugas yang berbeda dalam melaksanakan pekerjaan (task management skills)
• mampu menanggapi kelainan dan kerusakan dalam pekerjaan sehari-hari (contingency management skills).
• mampu mengahadapi tanggung jawab dan harapan dari lingkungan kerja termasuk bekerjasama dengan orang lain (job role environment skills).
• Mampu mentransfer kompetensi yang dimiliki dalam setiap situasi yang berbeda /situasi yang baru/ tempat kerja yang baru (transfer skills/adaptation skills).
Di lingkungan kerja, dimensi kompetensi berperan penting dalam mengelola pekerjaan, pencapaian kinerja, sekaligus permasalah-permasalah terkait pekerjaan sehari-hari. Terkadang tidak semua pemegang sertifikat kompetensi kuat pada semua aspek dimensi kompetensi tersebut, sehingga tidak 100 % dapat menyelesaikan pekerjaan atau masalah dengan efektif.
Seorang pemegang sertifikat kompetensi yang mempunyai kelemahan pada dimensi kompetensi job role environment skills yaitu dalam menghadapi tanggung jawab serta harapan dari lingkungan kerjanya, dia cenderung kukuh bekerja sesuai lingkup job decsription dan agak resistan dalam merespon pekerjaan di luar urusan teknis.
Pemenuhan dimensi kompetensi pada saat uji kompetensi dapat dilakukan, namun dalam praktikya di lingkungan kerja terkadang tidak konsisten. Hal ini dipengaruhi pribadi atau personality seseorang, situasi lingkungan kerja, dan motivasi.
Seorang pekerja yang kompeten di perusahaan dapat dianggap sebagai “material” yang memenuhi spesifikasi, namun perlakuan dan pengelolaan SDM yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerjanya.
Inilah peran kompetensi, dan jangan sampai terjadi gold in, garbage out!
Demikian akhir postingan singkat ini, semoga dapat memberikan wawasan baru bagi Anda.
Salam kompeten, dan Have a nice day!
Referensi:
• Buku Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia, 2013. Brian Aprinto dan Fonny Arisandy Jacob terbitan PPM Manajemen.
• Palan, R. Ph.D., 2007. Competency Management. Penerbit PPM, cetakan 1.
• Mardianto, Adi S.Psi, MBA, 2012. Recruitment Analysis. Pinasthika Publisher, cetakan 1.
• Materi webinar Manajemen Produktivitas, Dadang Budiaji, MM.