Redefinisi Model Bisnis Jasa Konsultan di Tengah Terjangan Badai COVID-19 Bagian 2

Dari contoh analisis SWOT tersebut diidentifikasi 4 ancaman yang menghadang di depan pintu bisnis jasa konsultan antara lain:
1) Penurunan daya beli masyarakat dan perusahaan klien atau prospek akibat Pandemi COVID 19
2) Adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga menghambat aktivitas konsultan dan klien
3) Anggaran belanja APBN/APBD dipotong sehingga terjadi pengurangan paket tender konsultansi Pemerintah
4) Munculnya perusahaan baru sebagai kompetitor.

Melemahnya daya beli perusahaan-perusahaan klien, serta pemotongan anggaran belanja negara baik di Pemerintahan Pusat maupun di Dinas Daerah merupakan kerugian yang sangat mematikan. Hal tersebut langsung memotong urat nadi sumber penghasilan jasa konsultan, seperti diketahui kedua klien tersebut memberikan kontrak kerja yang nilainya lumayan besar dan sangat membantu cashflow konsultan.

Strategi alternatif untuk menyikapinya dengan berat hati terpaksa mengubah konstrak kerja dan pola penggajian konsultan atau partner dari sistem gaji bulanan menjadi sistem berdasarkan “man day” kegiatan dengan pertimbangan belum terdapat kontrak jasa konsultan dengan nilai yang besar, serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan karyawannya.

Memperhatikan peluang dari pasar Pemerintah yang meskipun terjadi pemotongan anggaran, namun relatif stabil maka dilakukan strategi dengan melakukan pendekatan berupa komunikasi intens kepada kementerian atau dinas daerah untuk paket pekerjaan tahun depan sehingga dapat bersiap lebih awal dalam memasukan tender.

Kebijakan PPKM Darurat berdampak pada teknis pelayanan dan pencegahan tertular virus COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin dan tes COVID-19 sesuai dengan keperluan, sedangkan isu perusahaan kompetitor baru harus dipertimbangkan dengan memperhatikan perubahan jenis pelayanan dan metode pelayanan kepada klien pada masa pandemi ini.

Dibalik berbagai ancaman tersebut, kita masih dapat bersyukur ternyata masih terdapat peluang untuk ditindaklanjuti seperti hal-hal di bawah ini.
1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan konsultan sesuai kebutuhan Era Industri 4.0
2) Munculnya peluang bisnis baru di Era Industri 4.0 misalnya pelatihan berbasis online, konsultan bidang Marketing Digital, dan lain-lain.
3) Mendapatkan peluang untuk memperoleh pendapatan atau order berulang dari pelanggan.

Jenis pelayanan penyelenggaraan pelatihan tatap muka biasanya memberikan pemasukan yang lumayan per paketnya, namun saat pemberlakuan PSBB/PPKM Darurat ini demand penyelenggaraan pelatihan mengalami penurunan sangat tajam yang disebabkan pembatasan berkumpul dan pertemuan-pertemuan di hotel atau ruang rapat.

Strategi dalam menyikapinya adalah dengan menjual paket pelatihan eceran secara online serta menyusun program pembelajaran e-learning, misalnya pelatihan ISO 9001, sistem manajemen HR, penyusunan SOP, dan audit internal. Meskipun terkendala aspek pemasaran secara digital pada awalnya, namun penyelenggaraan pelatihan online dan pembelajaran e-learning dapat memberikan alternatif income minimal dapat menutupi operasional kantor.

Peluang lain adalah menambah jenis pelayanan, misalnya pelayanan konsultansi marketing digital, fasilitasi pembuatan e-learning system dan material untuk perusahaan-perusahaan yang juga beradaptasi dengan pola kebiasaan baru. Untuk ini diperlukan tambahan SDM dengan keahlian IT untuk system development dan marketing secara digital.

Hal tersebut dijadikan salah satu strategi untuk merespon aturan pembatasan sosial, yang dikenal berkegiatan di rumah atau Work From Home (WFH). Di era industri 4.0 yang jelas ”On-line” dan ”Komunitas Jaring Sosial” akan sangat memegang peranan penting dalam dunia kerja. Apakah seseorang masih perlu kerja dengan mendatangi kantornya atau cukup di rumah saja.

William M. Boast, Ph.D dalam bukunya “Master of Change – Pemimpin Perubahan” menjelaskan bahwa banyak perusahaan terlalu fokus pada mutu produk dan pelayanan, namun tidak banyak yang memperhatikan pentingnya mutu SDM. Menurutnya, “Kualitas terlebih dulu harus ada pada manusianya. Ketika dinamika mendominasi, yang paling penting adalah bakat, kejeniusan, dan watak individu”. Hal ini menunjukkan di era industri 4.0 ini diperlukan tenaga kerja yang mampu menanggapi dan bereaksi terhadap:
 Akselerasi perkembangan teknologi
 Peningkatan kompleksitas dari dimensi suatu pekerjaan
 Diperlukannya individu yang mampu mendefinisikan situasi
 Diperlukan posisi manajer yang mampu menghadapi, memahami dan berhubungan dengan tekanan-tekanan dari luar atau dalam organisasinya
 Kecenderungan kerja bersifat “multi tasking”.

Demikianlah, uraian singkat terkait dampak pandemi COVID-19 terhadap usaha jasa konsultan. Jika dicermati strategi-strategi alternatif dari hasil analisis SWOT mempunyai benang merah yang sama, yaitu pengurangan biaya, dan penerapan teknologi baru. Dampak penerapan strategi diatas bagi seorang konsultan adalah makin ketatnya persaingan untuk dipertahankan oleh perusahaan dengan risiko pengurangan gaji dan tunjangan, serta disisi lain tantangan untuk meningkatkan kompetensinya dalam penguasaan keterampilan teknologi baru, misalnya digital dan otomatisasi sistem kerja.

Dampak pandemi COVID-19 ternyata menjadi agen perubahan yang sangat luar biasa dalam dunia bisnis dengan mengubah tatacara dan sistem bisnis, namun percayalah manusia akan mampu beradaptasi dan berkembang lagi dengan hati dan kecerdasannya.

Tetap semangat, optimis, dan jaga kesehatan lahir batin.

Sumber referensi
Buku Meraup Rupiah Dari Bisnis Jasa Konsultan, Dandy A.
Buku Pedoman Para Konsultan, Stephan Schiffman
Buku Menjadi Konsultan Pajak Kelas Dunia, Prijohandojo Kristanto
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200422/45/1231163/banyak-konsultan-terancam-kolaps-inkindo-minta-keringanan-pajak

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Linkdin
Share on Pinterest

Leave a comment